PSBPS UMS Kuatkan Pancasila sebagai Darul Al-‘Ahdi Wasy Syahadah

Indonesia sebagai bangsa yang majemuk diperlukan pengikat untuk persatuan dan kesatuan, akan tetapi Bhineka Tunggal Ika sebagai semboyan persatuan akhir-akhir ini mengalami peluruhan.

Fakta tersebut disampaikan oleh Direktur Eksekutif PSBPS Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Yayah Khsibiyah pada (18/7) dalam Pelatihan Nasional “Pancasila sebagai Laku”di Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar.

Menghadapi peluruhan persatuan dan keragaman dianggap sebagai ancaman, kata Yayah, Muhammadiyah memberikan solusi yang dimuat dalam  dokumen Putusan Muktamar ke-47 di Makassar, yaitu Pancasila sebagai Darul Ahdi Wasy Syahadah.

“Pancasila sebagai dasar negara dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan bangsa mengalami penurunan makna dalam dua dekade terakhir. Kurangnya keseriusan dalam mengimplementasikan Pancasila menyebabkan masyarakat melihat keberagaman etnis, suku, dan agama bukan sebagai kekayaan, melainkan sebagai beban atau ancaman. Ketidakadilan pun terjadi semakin dalam, diperparah secara struktural,” papar Yayah.

Sementara itu, terkait dengan pemilihan Unismuh Makassar sebagai tuan rumah pelatihan ini dinilai tepat karena di daerah ini memiliki kekayaan seni budaya, serta kebhinekaan suku, ras, dan agama di Sulawesi, sekaligus mengajak kembali mengingatkan komitmen kenegaraan Muhammadiyah.

Oleh karena itu PSBPS UMS bekerja sama dengan Lembaga Bahasa dan Ilmu Pengetahuan Umum (LBIPU), serta didukung oleh Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah dan HARMONI menginisiasi program revitalisasi, institusionalisai, dan standarisasi pendidikan pancasila di perguruan tinggi.

“Salah satu kegiatan utama dalam program ini adalah Pelatihan Nasional Pancasila sebagai Laku, yang bertujuan meningkatkan kompetensi profesional dan pedagogi dosen pengampu mata kuliah Pancasila, terutama dalam aspek toleransi, keberagaman, dan pembelajaran aktif. Pelatihan ini memastikan bahwa pembelajaran Pancasila sesuai dengan standar proses dan capaian pembelajaran yang tidak hanya terbatas pada ranah kognitif,” tuturnya.

Pada kesempatan yang sama, Wakil Rektor I Unismuh Makassar, Abdul Rakhim Nanda menyampaikan, nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila tidak berseberangan dengan ajaran islam secara prinsip dan filosofis. Sila-sila yang terdapat di Pancasila memiliki kesesuaian dengan ajaran Islam.

“Bagi Muhammadiyah Pancasila sebagai Darul al-‘Ahdi Wasy Syahadah adalah sebuah rumusan yang diputuskan dalam Muktamar Muhammadiyah ke-47 di Makassar. Rumusan ini menegaskan untuk dosen baik di PTMA ataupun Perguruan Tinggi Negeri/Swasta lainnya untuk tidak ragu memahami akar dari nilai-nilai Pancasila secara mendalam,” katanya.

Dia berharap melalui pelatihan ini akan menghasilkan pemahaman yang komprehensif tentang Pancasila. Lebih-lebih bagi dosen di Perguruan Tinggi Muhammadiyah-’Aisyiyah, di mana Muhammadiyah juga sudah merumuskan dokumen Pancasila sebagai Darul Ahdi Wasy Syahadah.

“Pemahaman yang komprehensif akan memastikan dosen-dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Pancasila dalam penyusunan RPS secara efektif dan tepat.” tegas Rakhim.

Pelatihan yang digelar mulai 16 sampai 18 Juli 2024 di Unismuh Makassar ini diikuti 30 dosen dari berbagai universitas negeri maupun swasta seperti Unismuh Makassar, IAIN Ambon, STAI Yapis Takalar, Universitas Bosowa, Universitas Hasanuddin, Universitas Muhammadiyah Palopo, Universitas Muhammadiyah Sinjai, Universitas Muslim Indonesia, Universitas Muslim Maros, Universitas Negeri Makassar, dan Universitas Sawerigading Makassar.