profil
Muhammadiyah merupakan organisasi Islam reformis dan modern, didirikan lebih dari satu abad yang lalu (1912) oleh Kyai Haji Ahmad Dahlan, seorang aktivis dan sarjana Muslim yang visioner dan progresif. Ia mengedepankan tajdid, atau pembaruan pemikiran Islam, sebagai misi Muhammadiyah. Muhammadiyah kini telah berkembang menjadi organisasi Islam modern terbesar di Indonesia dan mungkin di dunia, dengan kurang lebih 40 juta pengikut, dengan dua kantor pusat di Yogyakarta dan Jakarta. Muhammadiyah terus berkembang pesat, saat ini memiliki 557 rumah sakit dan fasilitas kesehatan dasar, 16.346 prasekolah termasuk 5.623 TK, 4.623 SD, 2.915 SMA, dan 176 perguruan tinggi termasuk 49 universitas yang tersebar di seluruh Indonesia. Muhammadiyah juga memiliki tujuh organisasi otonom di bawah arahan dan koordinasi Pengurus Pusat Muhammadiyah. Organisasi-organisasi tersebut adalah Aisyiyah, Nasyiatul Aisyiyah (NA), Gerakan Pemuda Muhammadiyah (Pemuda Muhammadiyah), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah dan Ikatan Pelajar Muhammadiyah, Hizhbul Wathan (organisasi pramuka) dan juga Tapak Suci (organisasi khusus yang berfokus pada bela diri dan seni bela diri), sebagai tempat berlangsungnya proses regenerasi. Organisasiorganisasi ini mendukung dan memperkuat gerakan Muhammadiyah untuk mewujudkan tujuannya.
Muhammadiyah menegaskan doktrin sentral Islam Sunni, tetapi juga mengidentifikasi dirinya sebagai gerakan sosio-religius reformis dengan fokus inti dalam tanggung jawab moral untuk memperbaharui ajaran Islam dalam konteks zaman modern dengan mempromosikan visi Islam yang berkemajuan, kritis, toleran dan moderat. Beberapa kegiatan yang dilakukan Muhammadiyah adalah etika dan hukum Islam, urusan perempuan, organisasi kepemudaan, pendidikan, misionaris dan festival keagamaan, kesejahteraan sosial dan perawatan kesehatan, keuangan organisasi dan administrasi properti. Banyak kader Muhammadiyah mendirikan berbagai think tank dan pusat studi otonom, antara lain Pusat Studi Budaya dan Perubahan Sosia (PSBPS) dalam naungan Universitas Muhammadiyah Surakarta (PSBPS UMS) di Jawa Tengah yang menjalankan berbagai kegiatan untuk menjunjung tinggi nilai-nilai dan praksis keterbukaan, kesetaraan, keragaman, dan pembinaan perdamaian.
Pusat Studi Budaya dan Perubahan Sosial (PSBPS) dirancang dan dikembangkan oleh cendekiawan-aktivis Universitas Muhammadiyah Surakarta. Posisi unik PSBPS UMS adalah bahwa PSBPS dibentuk dari dalam salah satu lembaga Muslim terkuat, yaitu Muhammadiyah, dengan tujuan untuk mengatasi dan mengubah sikap lembaga itu sendiri secara internal terhadap keragaman, pluralisme, keadilan sosial dan perdamaian positif, melalui misi Islam Berkemajuan atau Islam Progresif. Rumusan misi PSBPS UMS adalah mendedikasikan diri untuk penelitian dan pengembangan masalah sosial keagamaan dan memajukan modal sosial yang sesuai dengan nilai-nilai Islam yang progresif, damai, kemanusiaan universal, serta relevan dengan tuntutan kontemporer dunia dan memimpin perubahan sosial yang positif. Salah satu prioritas PSB-PS saat ini adalah membantu mengubah paradigma dan cara berpikir organisasi sosial-keagamaan dan lembaga pendidikan dalam menghadapi pluralisme budaya dan agama.
Dengan lokus perguruan tinggi dan memusatkan perhatian pada persoalanpersoalan kebudayaan, maka PSBPS UMS bersifat transdisiplin, lintas sektoral, lintas etnis, kelas sosial, gender, geografis, agama dan ideologis. Selain itu, PSBPS UMS berusaha untuk tanggap terhadap berbagai dinamika aktual yang terjadi di masyarakat luas, dengan berpartisipasi dan berkontribusi pada upaya-upaya pemecahan masalah masyarakat secara mendasar.
Sejalan dengan konteks geo-sosio-kultural Universitas Muhammadiyah Surakarta dan visi Islam Berkemajuan dari Persyarikatan Muhammadiyah, maka perumusan wilayah minat utama PSBPS UMS adalah meliputi:
- Agama, budaya perdamaian, dan peradaban berkemajuan;
- Manajemen keanekaragaman masyarakat, dinamika kehidupan multikultural, dan tantangan kebudayaan global;
- Islam Indonesia, de-kolonialitas, dan keadilan sosial