Menyemai Nilai Luhur Pancasila, PSBPS UMS Adakan Roadshow Pancasila sebagai Laku di Sumatera

SOLO – Dalam upaya menyemaikan nilai-nilai luhur Pancasila, Pusat Studi Budaya dan Perubahan Sosial (PSBPS) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) menyelenggarakan roadshow Pelatihan Nasional “Pancasila sebagai Laku” di Sumatera. Pelatihan diselenggarakan di Universitas Jambi (UNJA) pada 20-22 Mei 2024. Kegiatan yang dilakukan di UNJA ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan yang sudah diselenggarakan di dua kampus lain sebelumnya, yaitu Universitas Muhammadiyah Jakarta pada 23-25 April 2024 dan Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur pada 13-15 Mei 2024.

Peserta pelatihan adalah dosen pengampu mata kuliah Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan UNJA dan berbagai perguruan tinggi lain, baik negeri maupun swasta, di wilayah Sumatera. Secara keseluruhan terdapat sembilan perguruan tinggi yang mengirimkan dosen pengampu Mata Kuliah Pancasila sebagai peserta pelatihan ini. Kesembilan perguruan tinggi tersebut adalah Universitas Jambi, Universitas Sriwijaya Palembang, Universitas Teuku Umar Aceh, Politeknik Negeri Lhokseumawe, UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi, Universitas Muhammadiyah Jambi, Universitas Muhammadiyah Muara Bungo, Universitas Muhammadiyah Riau, dan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya.

Dalam rangkaian roadshow tersebut juga dilakukan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) dan Letter of Arrangement (LoA) antara UMS dengan UNJA.

Dalam sambutan pembukaannya, Direktur Eksekutif PSBPS UMS, Dra. Yayah Khisbiyah, M.A., menyatakan bahwa program tersebut merupakan ungkapan keprihatinan atas terjadinya konflik di masyarakat baik yang mengatasnamakan agama, afiliasi ras dan kesukuan, budaya, maupun konflik horizontal lainnya. PSBPS UMS berupaya berkontribusi untuk mencari solusi melalui pendidikan Pancasila yang memiliki peran strategis karena diberikan di semua jenjang pendidikan sejak dari Taman Kanak-Kanak hingga Perguruan Tinggi. Oleh karena itu, PSBPS yang berlokus di perguruan tinggi, menginisiasi program pelatihan nasional Pancasila sebagai ‘Laku’ dengan peserta yang terdiri dari dosen mata kuliah Pancasila di Perguruan Tinggi.

“Keterlibatan dosen Pancasila merupakan penggerak utama akan berkelanjutan dalam menabur benih harmonisasi Indonesia dalam kemajemukan. Seorang pendidik dapat menempatkan nilai-nilai Pancasila sebagai laku dalam kehidupan sehari-hari, dan bisa memberikan kontribusi untuk mencerahkan masa depan Indonesia yang berasaskan nilai-nilai Pancasila melalui mata kuliah Pancasila yang direvitalisasi, dilembagakan, dan distandardisasikan,” harap Yayah, Rabu (22/5).

Wakil Rektor IV Universitas Jambi, Prof. Dr. Revis Asra, S.Si., M.Si., dalam sambutannya merasa terhormat atas kehadiran PSBPS UMS untuk menjalin kerja sama dengan UNJA.

“Kami sangat bersyukur PSBPS UMS berkenan melakukan kerjasama dengan Universitas Jambi. Keterwujudan nilai-nilai Pancasila menjadi perilaku merupakan capaian dari kurikulum pembelajaran. Seorang pendidik bukan hanya sebatas memberikan transfer ilmu melainkan juga melakukan transfer nilai dan keteladanan yang baik, karena semua ini akan menjadi amal jariyah bagi pendidik. Pelatihan ini diharapkan dapat membekali dosen dalam melakukan proses pembelajaran dan bisa menjadi bagian dari evaluasi kurikulum pada kampus kita masing-masing,” tutur Wakil Rektor IV UNJA.

Dalam kesempatan terpisah, Rektor Universitas Jambi, Prof. Dr. Helmi., S.H., M.H, menekankan bahwa Pancasila merupakan hal yang final baik secara individual maupun secara institusional. Rektor UNJA juga mengapresiasi kerja sama antara UNJA dan UMS yang dapat membuka peluang lebih luas dalam berbagai bidang akademik dan penelitian.

“MoU ini menandai awal dari kolaborasi yang lebih erat antara UNJA dan UMS, yang akan membawa manfaat besar bagi kedua institusi dan masyarakat luas,” ujar Helmi.

Sementara itu, dalam orientasi pelatihannya, Koordinator Riset PSBPS UMS, Dr. M. Thoyibi, MS., menyatakan bahwa pembelajaran Mata Kuliah Pancasila selama ini baru menyentuh ranah kognitif, dengan proses pembelajaran yang kurang relevan dengan karakteristik pembelajar Gen-Z, dan evaluasi yang tidak mengukur Capaian Pembelajaran Mata Kukuliah (CPMK) yang jelas.

Dia menegaskan, sebagai bagian dari pendidikan karakter, pembelajaran mata kuliah Pancasila seharusnya menekankan pada ranah afektif agar nilai-nilai luhur Pancasila dapat diejawantahkan dalam kehidupan nyata sehari-hari.