Samarinda – Pusat Studi Budaya dan Perubahan Sosial Universitas Muhammadiyah Surakarta (PSBPS UMS) bekerja sama dengan Lembaga Bahasa dan Ilmu Pengetahuan Umum (LBIPU) menginisiasi program Revitalisasi, Institusionalisasi, dan Standardisasi Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi Indonesia (RISP3TI). Kegiatan ini juga didukung oleh Majelis Pendidikan Tinggi, Penelitian, dan Pengembangan PP Muhammadiyah.
Salah satu kegiatan dalam program ini adalah penyelenggaraan Pelatihan Standardisasi bagi Dosen Pancasila. Pelatihan ini bertujuan meningkatkan kompetensi profesional dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Pancasila, khususnya dalam hal wawasan toleransi, keberagaman, dan keterampilan pedagogis. Pelatihan ini dirancang untuk mewujudkan proses pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan masyarakat, meningkatkan kemampuan dalam pembelajaran, serta melakukan evaluasi hasil pembelajaran untuk peningkatan kualitas yang berkelanjutan, terutama dalam mata kuliah Pendidikan Pancasila. Program ini juga diharapkan dapat meningkatkan kompetensi dosen dalam mengajar agar kualitas pembelajaran Pendidikan Pancasila lebih optimal.
Kalimantan menjadi tempat pelatihan kedua setelah Jakarta dalam rangka Roadshow Pelatihan Nasional “Pancasila sebagai Laku”. Tim memilih Samarinda sebagai tempat pelatihan karena masyarakat Samarinda terbiasa hidup berdampingan dengan beragam latar belakang dan Kalimantan Timur merupakan provinsi yang kondusif tanpa adanya kerusuhan. Kalimantan Timur dengan dua kota besarnya, Samarinda dan Balikpapan memiliki potensi menjadi pusat budaya dan interaksi sosial masyarakat di masa depan.
Pelatihan Nasional ini dilaksanakan di Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur, Samarinda, di Gedung G Fakultas Kedokteran pada tanggal 13-15 Mei 2024. Peserta datang dari berbagai penjuru kota di Kalimantan, termasuk Pontianak, Balikpapan, Tanah Grogot Paser, dan lain-lain. Sebanyak sembilan universitas berpartisipasi dalam pelatihan ini, termasuk universitas negeri dan swasta.
Mohammad Thoyibi, dalam paparan orientasi program pada sesi pembukaan, menyampaikan temuan penelitian bahwa materi pembelajaran Pendidikan Pancasila masih dianggap tekstual, metode pengajaran dosen monoton, dan capaian pembelajaran terbatas pada aspek kognisi tanpa mengakomodasi aspek afeksi. “Melalui pelatihan ini, diharapkan metode pembelajaran menjadi lebih interaktif, kritis-reflektif, dan andragogis dalam implementasinya,” ujar Thoyibi.
Selain itu, Thoyibi menyatakan bahwa standardisasi dosen pengajar Pancasila penting untuk pengembangan profesionalisme dosen sesuai kurikulum yang ditetapkan oleh DIKTI dan amanat UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Dosen diharapkan mampu merencanakan, melaksanakan proses, menilai hasil pembelajaran, membimbing, melatih, serta melakukan penelitian. Selain itu, mereka juga diharapkan melaksanakan tugas tambahan dan pengabdian kepada masyarakat.
Direktur Eksekutif PSBPS UMS, Yayah Khisbiyah, menyatakan bahwa Pancasila adalah kristalisasi kearifan lokal dan ideologi global. “Pancasila dirumuskan oleh pendiri bangsa dengan nilai-nilai luhur dan visi luas sebagai arah masa depan bangsa,” kata Khisbiyah. Lebih lanjut, Yayah mengatakan bahwa tujuan lain pelatihan ini adalah meningkatkan kelentingan dan kewaspadaan perguruan tinggi terhadap intoleransi melalui penguatan harmoni sosial lintas budaya dan iman. “Program ini mengupayakan pengembangan lingkungan kampus yang inklusif, di mana mahasiswa dan civitas akademika diberdayakan untuk memahami, menghormati, dan merayakan perbedaan, dengan fokus pada pemahaman mendalam terhadap keragaman budaya dan agama,” tambah Yayah.
Wakil Rektor 3, Drs. Suprayitno, M.Kes., dalam sambutannya, menyambut baik kegiatan ini serta mengapresiasi kegiatan ini. “Kami menyambut kegiatan ini dengan baik dan menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya atas pelaksanaan pelatihan ini,” kata Drs. Suprayitno. Ia juga menegaskan pentingnya penguatan pendidikan Pancasila di tingkat universitas terutama di wilayah Kalimantan Timur di mana di Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur sendiri 2% mahasiswanya adalah non-muslim (sekitar 50 mahasiswa). Pelatihan ini secara simbolis dibuka oleh Suprayitno dengan memberikan ID Card dan kaos pelatihan kepada Eko Prasetyo sebagai perwakilan Tim Fasilitator.
Sementara itu, Rektor UMKT Dr. Muhammad Musiyam, yang juga sebagai Wakil Ketua Majelis DIKTILITBANG PP Muhammadiyah, mendukung penuh program institusionalisasi dan standarisasi Pendidikan Pancasila di Kalimantan Timur. Meskipun Pancasila diakui sebagai falsafah dan fondasi keindonesiaan, penerapannya belum menjadi kebiasaan yang mewujud dalam kehidupan sehari-hari.
Ditegaskannya bahwa salah satu tantangan besar pembumian nilai-nilai Pancasila adalah penelantaran sila kelima, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Hal itu disampaikan Rektor UMKT, mengutip diksi yang kerap sering digunakan Prof. Ahmad Syafii Maarif atau akrab disapa Buya Syafii, ketika mengkritik inkonsistensi pemerintah dan lembaga-lembaga penyelenggara Negara dalam mengimplementasikan Pancasila secara sistemik melalui kebijakan-kebijakan pemerintah pusat sampai daerah. Karenanya, program RISP3TI ini sangat penting untuk membuka kesadaran dan membangun komitmen generasi muda termasuk dan terutama mahasiswa sebagai pemimpin masa depan bangsa, untuk mengubah tatanan struktur dan sistem yang masih belum sesuai dengan asas demokrasi kerakyatan yang termaktub dalam sila ke-4, dan azas keadilan sosial dalam sila ke-5.