DASAR PEMIKIRAN
Umat Islam Indonesia dan dunia Islam sering ditimpa beban berat, karena masalah internal dirinya. Perbedaan paham dan kepentingan sesama umat Islam, berpotensi memperlemah kekuatan Islam jika tidak dikelola dengan baik dan bijaksana serta mengedepankan toleransi. Secara normative umat Islam satu, tetapi secara entitas belum menyatu menjadi kekuatan utama dalam panggung politik nasional.
Pilpres dan Pilkada sering menjadi ajang fragmentasi masyarakat termasuk bagi kaum Islam. Satu sama lain tak jarang saling berseberangan dan berhadapan. Padahal, kompleksitas masalah yang menerpa satu komunitas, satu Negara, bahkan satu kawasan berpengaruh dan berhubungan dengan dinamika social-politik di tempat-tempat lain. Era revolusi informasi dengan cengkeraman media social, membuat semua peristiwa begitu sangat cepat menyebar disertasi dramatisasi, heroism, dan efek polarisasi.
Dapat dikatakan, problem fragmentasi politik berbanding lurus dengan hasrat dan perangai politik sebagai elite dan kelompok Islam yang pragmatis ketika berkuasa di pemerintahan. Terhadap sesama Muslim, tidak saling mendukung dan menguatkan, namun sebaliknya saling memotong, meminggirkan, dan melemahkan. Fakta politik ini sebenarnya pahit, tetapi berlangsung seperti kezaliman.
Terlebih paradigma politik umat Islam yang cenderung normative, sehingga tidak obyektif, cenderung puritan dan linear dalam menghadapi dinamika social politik, padahal politik itu begitu dinamis. Mainset berpikir yang demikian inilah yang mengakibatkan fenomena Aksi Bela Islam (Aksi 212), seakan umat menjadi terbelah dan terpolarisasi. Antara kepentingan politik dan emosi keagamaan mayoritas umat Islam tidak dapat dibedakan dan hingga saat ini belum ada yang mampu menjelaskan fenomena Aksi Bela Islam ini secara komperehensif dan obyektif.
Konteks inilah yang menjadi momentum kehadiran buku Membela Islam, Membela Kemanusiaan karya Fajar Riza Ul Haq ini sangat relevan. Buku ini memotret pergulatan masyarakat Muslim tentang isu-isu keagamaan, social polotik dalam kurun wantu 15 tahun terakhir.
Prinsip dasar gagasan buku ini adalah Islam sebagai agama rahmatan lil alamin (memancarkan rahmat bagi semesta alam) yang berintikan pada nilai radikal, yaitu “kemanusiaan”. Sudah seyogyanya perilaku para pemeluknya mencerminkan welas asih, memuliakan martabat manusia, tidak memaksakan kehendak, dan berjiwa besar menghargai perbedaan pandangan dan pilihan politik. Namun, seruan aksi bela Islam, kini mengalami penyempitan makna dan cakupannya. Aksi bela Islam lebih berorientasi pada kepentingan-kepentingan internal umat Islam (inward looking) dalam kerangka ukhuwah Islamiyah dan menjadi kemurnian keyakinan kelompoknya. Artinya model solidartas yang berpusat pada kesamaan keyakinan yang bersufat subyektif.
Membela kemerdekaan berpikir, membela hak-hak minoritas, membela kelompok marjinal-tertindas, membela tanah air, membela Pancasila, dan membela consensus-konsesus kebangsaan yang terlahir dari proses politik yang demokratis belum sepenuhnya diakui dalam pandangan mainstream.
Tidak ada yang salah dengan solidaritas atas dasar keyakinan. Yang penting diingat adalah memperkuat ukhuwahh Islamiyah atau solidaritas sesame umat Islam, jangan mengendorkan, apalagi menegasikan, ikatan ukhuwah wathaniyah (solidaritas kebangsaan dan keindonesiaan) dan ukhuwah basyariyah (solidaritas kemanusiaan). Dalam kamus Islam, tidak ada toleransi terhadap ketidakadilan, diskriminasi, kebencian, sekterianisme, takfirisme, intoleransi, kekerasan, radikalisme, sebagaimana diulas dalam buku ini, yang semuanya itu bertentangan dengan Islam sebagai agama kemanusiaan yang penuh rahmat dan welas asih.
TUJUAN
Kolokium diskusi buku ini bertujuan untuk:
- Mendiskusikan makna membela Islam Islam sebagai agama kemanusiaan dan welas asih, secara obyektif dengan memperhetikan kompleksitas social politik umat Islam di Indonesia.
- Mendesimenasikan pemahaman Islam berkemajuan yang moderat, toleran dan produktif di tengah berbagai persoalan kemanusiaan, kebangsaan dan keumatan.
TOPIK DAN NARASUMBER
Topik kolokium dan narasumber dalam kegiatan ini adalah sebagai berikut.
- Topik : Bedah Buku Membela Islam Membela Kemanusiaan
- Penulis : Fajar Riza Ul Haq (Mantan Direktur Maarif Institute for Culture and Humanity)
- Pembahas : M. Dian Nafi (Pengasuh Pondok Al-Muayyad) dan Dr. Mutohharun Jinan (Pengasuh Pondok Hj. Nuriyah Shabran)
WAKTU DAN TEMPAT
Kolokium ini diselenggarakan pada:
Hari, Tgl. : Kamis, 18 Januari 2018
Jam : 08.00-12.00 WIB
Tempat : Ruang Seminar Gedung Siti Walidah UMS