Kisah kehidupan mantan teroris dan korbannya serta berbagai dinamika kehidupan mereka telah dituangkan dalam sebuah buku berjudul La Tay’as Jangan Putus Asa: Ibroh dari Kehidupan Teroris dan Korbannya. Buku ini ditulis oleh Hasibullah Satrawi, alumni Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir dan aktif dalam pendampingan korban dan mantan pelaku terorisme.
Buku ini berisi lautan hikmah dan pembelajaran dari komunitas korban bom terorisme dan komunitas mantan pelaku terorisme. Melalui pengalaman mereka, para pembaca dapat mengetahui hulu sekaligus hilir dari aksi kekerasan seperti terorisme. Hulu adalah kenapa dan bagaimana sebagian teroris dahulu bersama kelompoknya merencanakan dan membenarkan aksi kekerasan. Sedangkan hilir adalah bagaimana para korban beserta keluarganya terdampak langsung dari aksi kekerasan yang terjadi.
Pembaca juga dapat mengetahui secara lebih dekat latar belakang, kondisi sosial, problematika dan sisi-sisi lain yang dihadapi oleh para mantan pelaku dan korban terorisme. Untuk para mantan pelaku, contohnya, bisa dipahami kenapa yang bersangkutan dahulu tergabung dalam jaringan terorisme, dan apa yang sejatinya dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat luas agar tidak ada lagi orang yang tertarik untuk bergabung dengan kelompok ini.
Sedangkan dari sisi korban, kita menjadi tahu dampak-dampak dan persoalan krusial yang dihadapi oleh mereka, mulai dari dampak aksi kekerasan yang berkepanjangan hingga persoalan hak mereka. Buku ini sangat penting untuk dibaca, dibahas dan didiskusikan dengan kalangan sivitas akademika perguruan tinggi, khususnya mahasiswa.
Aliansi Indonesia Damai bekerja sama dengan Pusat Studi Budaya dan Perubahan Sosial – Universitas Muhammadiyah Surakarta menyelenggarakan diskusi buku La Tay’as Jangan Putus Asa: Ibroh dari Kehidupan Teroris dan Korbannya pada hari Selasa, 06 Maret 2018; bertempat di Assalam Syari’ah Hotel, Surakarta. Melalui kegiatan ini diharapkan para siswa dan sivitas akademika perguruan tinggi lebih peduli akan pentingnya perdamaian dan berperan aktif dalam usaha-usaha menjaga lingkungan kampus dan sekitarnya dari ide-ide serta tindakan yang mengarah pada kekerasan. kegiatan bedah buku ini menguatkan ide-ide perdamaian dari kalangan kampus melalui “Ibroh dari Kehidupan Teroris dan Korbannya”.
Hadir sebagai moderator dalam diskusi ini adalah Syifaul Arifin, seorang jurnalis Solo Pos dan anggota Aliansi Jurnalis Indonesia. Hadir pula Prof. Dr. Ahmad Syafi’i Maarif, seorang tokoh nasional, mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode 2000 – 2005, dan pendiri Maarif Institute memberikan pidato kunci serta Dr. M. A. Fattah Santoso, M. Ag. (Wakil Rektor IV Universitas Muhammadiyah Surakarta) memberikan sambutan. Kemudian, bertindak sebagai narasumber yakni Hasibullah Satrawi (penulis buku), K.H. M. Dian Nafi’ (Pengasuh Pondok Pesantren Al Muayyad – Surakarta), Ali Fauzi (mantan pelaku terorisme, Pendiri, sekaligus Ketua Yayasan Lingkar Perdamaian), serta Nanda Olivia Daniel (korban bom Kedutaan Besar Australia di Jakarta).