Pusat Studi Budaya dan Perubahan Sosial – Universitas Muhammadiyah Surakarta menggelar Focused Group Discussion (FGD) dengan tema “Pendidikan Karakter Generasi Z: Welas Asih dalam Bingkai Multikultural”. Diskusi mengenai welas asih didorong oleh dua wacana pokok yang mempengaruhi perubahan pedidikan di Indonesia. Pertama, berkaitan dengan perubahan teknologi dan revolusi industry.
Kedua berhubungan dengan pertumbuhan populasi generasi tahun 1990an-2000an searas dengan zaman teknologi digital. Zakiyuddin Baidhawy dalam sambutannya menekankan bahwa dalam beberapa dekade terakhir, kehadiran computer dan teknologi digital mempengaruhi ledakan informasi massal dan terhubungnya dunia lokal dengan dunia global.
Fakta bahwa masyarakat di era digital ini mengkonsumsi informasi dengan sangat cepat dan padat merupakan sebuah keniscayaan. Basis terhubungnya dunia kehidupan sehari-hari dan ledakan informasi ini melahirkan banyak konsep mengenai pola kehidupan masyarakat baru. Istilah semacam generasi Z misalnya dilahirkan dari asumsi bahwa perkembangan teknologi tidak saja mempengaruhi kehidupan ekonomi-politik, melainkan juga mengubah aspek-aspek etika kehidupan keseharian. Diskusi semacam ini memberi tantangan bagi wacana pendidikan karakter di Indonesia.
Sejumlah pertanyaan diajukan seputar topik ini. Misalnya bagaimana menyediakan sistem pendidikan yang mampu berakselerasi dengan pola kehidupan generasi yang hidup di bawah pengaruh revolusi teknologi dan sistem digital. Pada masa sekarang, guru sebagai subjek penting dalam proses pengelolaan pendidikan di sekolah harus memediasi diri untuk memahami dampak ledakan informasi dan teknologi digital bagi para siswa.
Pendidikan Welas Asih merupakan konsep kunci yang dijadikan topik untuk menggali pemahaman, praktik, dan pengalaman membangkitkan keterampilan empati siswa. Narasumber yang terlibat dalam diskusi terfokus (FGD) ini berasal dari sejumlah guru sekolah menengah dari beragam latar belakang sekolah agama; Islam, Kristen, Katolik, Budha, Hindu dan Konghuchu.
FGD ini bertujuan untuk memahami peran yang dimainkan oleh para guru agama dalam praktik pendidikan “Welas Asih” dan tantangan yang mereka hadapi sebagai guru agama. Selain itu juga bertujuan untuk memperoleh potret tentang situasi psikologis yang menjadi area konstelasi kesadaran multikultural sekolah-sekolah di Surakarta.
Pelaksanaan dan Partisipan
Kegiatan tersebut dilaksanakan pada hari Sabut, 4 Agustus 2018 bertempat di Hotel Arini Syariah, Surakarta. Dalam FGD ini, dihadirkan 15 orang peserta yang merupakan guru agama dan aktivis lintas iman yang terdiri dari 5 (Guru Pendidikan Agama Islam), 2 (Guru Pendidikan Agama Khatholik), 2 (Guru Pendidikan Agama Protestan), 2 (Guru Pendidikan Agama Buddha), 3 (Guru Pendidikan Agama Hindu), dan 1 (Perwakilan agama Konghucu dari MAKIN SALA). Profil para guru yang terlibat sebagai partisipan sebagian besar telah menjadi tenaga pengajar materi pendidikan agama selama sepuluh tahun. Sebagian kecilnya merupakan guru yang berusia lebih muda di bawah usia 30 tahun.