Uluran Tangan dan Belas Kasih

Oleh Sugiono (Peneliti Pusat Studi Budaya dan Perubahan Sosial)

 

Imagine all the people sharing all the world, you

You may say I’m a dreamer

But I’m not the only one

I hope someday you’ll join us

And the world will be as one

(John Lenon- Imagine)

 

Imagine. Lagu ini berpesan damai dan persatuan; saling rasa apa yang orang lain rasa. Tak khayal, lagu ini kerap menjadi “soundtrack” serta pelecut semangat mengulurkan tangan bagi saudara korban bencana.

Hari ini kita mengenal lagu ini sebagai legenda. Sayup-sayup irama lagu yang dirilis pada 1971 ini mengiringi penggalangan dana untuk korban bencana tsunami di Palu dan Dongala yang dilakukan oleh Intutute Musik Jalanan (IMJ) di depan stasiun Pondok Cina, Depok (11/10). “Duka Mereka, Duka Kita, Derita Mereka Derita Kita, Mereka Saudara Kita” menjadi mantra penggalangan bantuan tersebut.

Ya, bencana silih berganti menghampiri Indonesia, dari gempa Lombok, tsunami di Palu dan Dongala, serta bencana banjir yang melanda Mandailing Natal, Sumatera Utara. Setiap orang, tanpa memandang apapun yang melekat pada tubuhnya, bertelanjang kaki menapaki tanah gersang, seolah larut rasa pedih korban bencana. Mereka tak sungkan mengulurkan tangan demi sekecil apapun bantuan.

Dari bilik hingar-bingar insan pertelevisian, pada 10 Oktober 2018 misalnya, mereka melakukan penggalangan dana melalui konser bertajuk “Konser Solidaritas Indonesia untuk Sulteng” di pelataran TVRI.

19 Oktober, di salah satu sudut lampu merah Jl. Slamet Riyadi, Solo, SUPELTAS melakukan aksi turun ke jalan dengan membawa kotak kardus dengan maksud mengalang dana dari pengendara yang melintas untuk korban becana alam di Palu, Sigi dna Donggala.

Bahkan, Retnawan Djoko Purnomo, seorang pengemudi Go-Jek yang menerima orderan Bekasi-Lombok demi bantuan korban gempa di sana tak kalah menyita perhatian publik. Ia menyebut bahwa yang Ia punya hanyalah waktu, tenaga dan sepeda motor. Ia tak ingin kalah dalam “fastabiqul khairat”; mengulurkan tangan dengan segala keterbatasan.

Upaya-upaya tersebut dilakukan sebagai ungkapan rasa belas kasih kepada saudara-saudara yang tengah dirundung musibah. Mereka berupaya sesuai dengan kemampuan masing-masing, dengan tujuan yang sama: membantu sesama.

Dari sini kita belajar, untuk berempati satu sama sama lain. Melakukan apa yang kita bisa untuk membantu sesama. Bagian penting dari empati adalah ada rasa saling merasakan. Ibarat tubuh, pada bagian tangan yang terluka, ada bagian lain yang juga ikut merasakan.

 

“Empathy is about finding echoes of another person in yourself” – Mochin Hamid