Dalam mengembangkan amanah Catur Darma Perguruan Tinggi Muhammadiyah, pengabdian masyarakat merupakan salah satu upaya membangkitkan kesadaran sosial dalam mengembangkan kualitas sumber daya manusia.
Pusat Studi Budaya dan perubahan sosial (PSBPS) Universitas Muhammadiyah Surakarta bekerjasama dengan Komunitas Panggon Sinau mengadakan kolokium dengan tema “Pemberdayaan Desa Berbasis Komunitas” pada Kamis, 25 April 2019 yang bertempat di ruang rapat Badan Pembina Harian, lantai 6 gedung Induk Siti Walidah Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Dalam meningkatkan kualitas hidup bermasyarakat, perlunya kolaborasi dan sinergisitas jejaring sosial antara komunitas, praktisi dan instansi pendidikan. Kolokium yang dihadiri Pusat Studi di UMS, komunitas taman baca dan aktifis mahasiswa menghadirkan tiga narasumber yaitu Muhammad Arif Hidayat selaku pendiri Komunitas Panggon Sinau, bapak Trisno yang akrap disapa dengan kang Tris selaku perintis dan pendiri desa wisata menari di Tanon, Getasan, kab. Semarang dan ibu Kun Harismah mewakili Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Muhammad Arif menyampaikan bahwa pemberdayaan sejatinya adalah melepaskan masyarakat dari ketergantungan, menjadikan mereka madiri dan meningkatkan kepercayaan dirinya. Komunitas Panggon Sinau berdiri tahun 2015 dengan fokus kegiatan yang berbasis pengembangan masyarakat yang dimulai dari pembuatan Taman Baca Masyarakat di dusun Jayan, Senting, Kec. Sambi, Boyolali.
Bergerak bersama masyarakat merupakan pondasi penting dalam membangkitkan pengetahuan masyarakat untuk mengenal potensi alam dan sumber daya manusia sehingga mampu mengoptimalkan peranan masyarakat dalam pengelolan kemandirian desa.
“Indonesia tidak akan bercahaya karena obor dari Jakarta. Tapi Indonesia akan bersinar karena lilin-lilin yang ada di Desa”, begitulah Kang Tris memulainya dengan mengutip inspirasi dari bung Hatta. Lanjut beliau menuturkan bahwa sumber daya manusia merupakan pondasi penting dalam membangkitkan partisipasi warga dalam pembangunan karakter desa.
Pengembangan desa Tanon mengusung konsep desa wisata dengan branding desa menari dengan melandaskan pada kebutuhan dasar masyarakat dalam perbaikan pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Dalam pengelolaan program desa wisata, semua aktifitasnya dikelola masyarakat dari hulu sampai hilir mulai dari sektor fisik berupa penataan lingkungan, konservasi profesi, hobi dan tradisi sebagai atraksi wisata.
Proses pemberdayaan masyarakat terdiri dari tiga tahapan meliputi penyadaran, pembentukan kelompok kerja dan pelaksanaan program pemberdayaan. Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat UMS merupakan lembaga mitra yang memfasilitasi program yang ditujukan sebagai layanan masyarakat (Pengabdian Masyarakat), tutur ibu Kun Harisma.
Sudah banyak lembaga, organisasi dan komunitas yang sudah bermitra dengan kami termasuk desa wisatanya kang Tris di Tanon. Peningkatan pemahaman dan ketrampilan mitra menjadi prioritas dalam layanan kami, salah satunya penerapan teknologi biogas dari sampah organik, proses pengolahan sampah melalui energi terbarukan dengan konsep recycle yang ramah lingkungan yang bisa dimanfaatkan dalam efisiensi produksi penggunaan bahan bakar dan keperluan rumah tangga serta olahan lumpur digester dapat digunakan sebagai pupuk organik untuk budidaya sayuran. [PH]