Pusat Studi Budaya dan Perubahan Sosial (PSBPS) bekerjasama dengan Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) menggelar Kolokium dengan konsep diskusi buku pada Jum’at (18/10/2019) siang di ruang rapat Badan Pembina Harian (BPH) UMS. Buku yang didiskusikan pada acara tersebut berjudul “Dunia Barat dan Islam, Cahaya di Cakrawala” yang ditulis oleh Dr. Sudibyo Markus yang sekaligus menjadi pemateri pada acara tersebut.
Pada umumnya, karya yang membahas hubungan Dunia Barat dan Islam dibahas oleh sarjana Barat dengan sudut pandangnya masing-masing. Di Indonesia, kajian tentang masalah ini nyaris belum ada. Selaku ketua panitia, Paksi Hidayatulloh menyampaikan hadirnya bedah buku ini sebagai wajud apresiasi atas terbitnya karya Dr. Sudibyo Markus.
Buku terbitan Gramedia yang menjadi bahan diskusi ini yang merupakan update dari buku “Konsili Vatikan II, Satu Pembaharuan Sikap Gereja Terhadap Islam” (Lembaga Penelitian & Pengembangan Agama, Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Pustaka Antara 1978) merangkum dan menterhubungkan empat rangkaian milestones atau tonggak sejarah penting yang mengantar manusia kepada modernitas dan jalan yang semakin mendekatkan manusia, khususnya umat beragama kepada perdamaian. Pada intinya, menurut buku ini umat beragama harus sanggup menjadikan diri mereka sebagai instrumen bagi perdamaian. Empat milestones utama sejarah antar umat beragama tersebut secara berturut-turut terdiri atas: Perang Salib (1095-1297), Konsili Vatikan II (162-1965), Surat Terbuka “A Common Word Between Us and You” atau Kalimatun Sawa dari 138 Ulama dan Cendekiawan Muslim se dunia kepada Paus Benediktus XVI dan seluruh Petinggi Gereja se-dunia pada tanggal 13 Oktober 2007, serta Agenda for Humanity yang merupakan keputusan World Humanitarian Summit di Istanbul (23-24 Mei 2016)
Alhamdulillah, acara berlangsung lancar diawali dengan orientasi dari Dra. Yayah Khisbiyah, M.A selaku Direktur Eksekutif PSBPS UMS. Pada sesi orientasi ini, Yayah juga sekaligus memperkenalkan website kalimahsawa.id sebagai media yang mewartakan nilai-nilai perdamaian, multikulturalisme, keadilan, kebaikan, dan pluralisme positif.
Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Drs. Ahmad Dahlan Rais, M.Hum mengapresiasi adanya kegiatan ini, dalam sambutannya menyampaikan bahwa semua manusia di dunia ini mempunyai derajat yang sama dan perbedaan menjadi sunnatullah yang harus disikapi dengan bijaksana baik perbedaan secara individu, golongan, bangsa dan agama. Dalam bermasyarakat alangkah baiknya Tepo Seliro (merasakan perasaan orang lain) diterapkan dalam menumbuhkan kebersamaan, keberagaman dan kepedulian. Dilanjutkan Ir. Sarjito, M.T., Ph.D mewakili Pimpinan UMS mengucapkan selamat datang dan memberikan apresiasi yang tinggi dengan semangat fastabiqul khoirat dalam berdiskusi Islam dan barat. Sejarah menjadi modal rekonstruksi peradaban, perbedaan pengetahuan menjadi keniscayaan yang harus kita hadapi dengan mengelolanya secara bijak sehingga membawa berkah dan kemaslahatan.
Dalam bedah buku siang ini, dimoderatori oleh Nurgiyatna, M.Sc., Ph.D selaku Dekan FKI UMS memandu jalannya diskusi dengan diawali mempersilahkan kepada Dr. Sudibyo Markus untuk memulai pembahasan diskusi. Pada pemaparannya, Sudibyo menstimulus para peserta diskusi untuk langsung menyelenggarakan praksis-praksis kerjasama lintas agama, budaya, ras, dan peradaban di akar rumput dan basis masa. Karena di sana lah sebenar-benarnya letak gejolak, fragmentasi, dan pergesekan yang sering terjadi. Maka praksis-praksis perdamaian di basis masa dan akar rumput harus segera dimasifkan dan digalakkan.
Pemaparan berikutnya, dilanjutkan oleh Sigit Wijayanta, Ph.D selaku Ketua Badan Pertimbangan PELKESI sekaligus dosen UKDW. Pada sesi ini, Sigit memberikan kesan terhadap konten buku yang ditulis oleh Sudibyo Markus. Beliau mengatakan bahwa penulis menggunakan paradigma positif-optimis dalam memaparkan fakta-fakta kesejarahan yang dituangkannya lewat tulisan dalam sebuah buku. Dengan menggunakan paradigma positif-optimis, pembaca akan merasakan hadirnya suasana empatik, kedamaian, ketenangan, dan ketentraman dalam setiap tulisan yang dituliskannya.
Pada sesi pemaparan yang terakhir, disampapikan oleh Dr. M. A. Fattah Santoso, M.Ag. selaku staff ahli Rektor UMS. Fattah Sanotoso mengatakan bahwa melalui buku ini mencoba untuk melupakan dendam sejarah antara barat Kristen dan Islam, membangun masa depan lebih baik bagi kemanusiaan. Selanjutnya, beliau merefleksikan bahwa paparan tulisan dalam buku karya Sudibyo Markus ini selaras dengan spirit Kuntowijoyo yang menjadikan “eskatalogi” sebagai sarana perubahan sejarah”. Beliau menjadikan iman sebagai motivasi hidup. Selain itu, Buku ini juga telah mengikuti Hodgson. yiatu menjadikan “Islam dalam kerangka sejarah dunia dan visi moralnya”. Selanjutnya, beliau mengulas bahwa dalam kerangka teologis peresensi yang menjadikan perbedaan sebagai modal membangun sejarah melalui dialog dan menghilangkan dendam. Adapun peserta Kolokium diskusi buku ini dihadiri sejumlah mahasiswa, aktivis organisasi kemahasiswaan, pegiat pusat studi dan tamu udangan umum. [PH]