Gerakan civil society telah mengantarkan transisi Indonesia dari otoritarisme menuju demokrasi sejak 1998. Sayangnya, lima tahun pertama perjalanan reformasi mengalami disorientasi. Akibat tarik-menarik kekuasaan, banyak tokoh dan kelompok civil society, terutama intelektual, akademisi dan aktivis, terjun ke dalam politik. Ironinya sebagian besar mereka dinilai gagal dalam proses politik demokrasi. Pada perkembangan terakhir, demokrasi Indonesia telah berubah wajah secara anomali dari ‘demokrasi-kuasa-rakyat’ ke ‘demokrasi-kuasa-oligarki’ yangberdampak pada semakin berkurangnya kebebasan berpendapat. Anomali lain yakni meningkatnya politik identitas atas dasar agama. Demokrasi Indonesia banyak dinilai mengalami kemunduran, kadang berada pada titik terendahdalam 20 tahun terakhir.
Pertanyaannya, dimanakah peran civil society? Dalam penilaian para ahli dan pengamat, sebagai dampak dari disorientasi tokoh dan aktivisnya, civil society mengalami anomali. Di masa reformasi, civil society yang idealnya hidup dan dinamis, belakangan gagal memainkan peran sebagai kelompok penekan dan kelompok kepentingan, tidakberdaya vis a vis negara sehingga civil society seolah mengalami floating-mass, seperti di Orde Baru, bahkan berada dalam posisi bertahan hidup dan defensif.
Ditengah situasi yang tidak kondusif ini, kajian tentang civil society kontemporer menjadi penting. Sudah saatnya semua pihak pemangku kepentingan untuk bersama-sama mendorong revitalisasi civil society. Dalam rangka revitalisasi civil society itulah, buku yang diterbitkan IBTimes (Islam Berkemajuan Times) ini akan diluncurkan dandibedah oleh Pusat Studi Budaya dan Perubahan Sosial (PSBPS) UMS. Buku ini mengupas tentang sejarah, yaitu mengkaji wacana civil society yang terjadi dalam periode 1990-1999. Kajian ini dikategorikan dalam sejarah pemikiran,karena objek pembahasannya terkait respons cendekiawan Muslim terhadap gagasan civil society. Gagasan civil society maupun respons cendekiawan Muslim Indonesia, keduanya berada pada ranah pemikiran.
Mengingat pentingnya karya Dr. M. Abdul Fattah Santoso, M.Ag. ini, dan sebagai wujud komitmen terhadap pengembangan UMS sebagai “Center ofExcellence” bagi wacana keilmuan dan keislaman, Pusat Studi Budaya danPerubahan Sosial Universitas Muhammadiyah Surakarta telang menyelenggarakanforum bedah buku tersebut, dengan format webinar/daring pada Jum’at, 17 September 2021 pukul 13.00 – 15.45 WIB. Pada kesempatan kolokium ini PSBPS mengundang narasumber dari berbagai ekspertis, yakni: (1)Prof. Noorhaidi Hasan, Ph.D., (2) Dr. Maria Ulfah Anshor, M.Si., (3) Meuthia Ganie-Rochman, Ph.D., dan (4) Dr. M. Abdul Fattah Santoso, M.Ag. Peserta kolokium dihadiri dari akademisi perguruan tinggi, mahasiswa S1 dan pascasarjana, aktivis, penggiat organisasi kemasyarakatan, peneliti, dan masyarkat umum, dan lembaga/dinas pemerintah yang relevan dengan visi-misi PSBPS UMS.